Moto
"Mencetak Santri-santri Hafiz Al-Quran 30 Juz Hafal diluar Kepala"
Selasa, 31 Mei 2016
Minggu, 29 Mei 2016
Puasa Ramadhan 1437H
Keluarga Besar Pondok Pesantren WADI MUQODDAS
Mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1437H
Semoga Dibulan Ramadhan Tahun ini merupakan Ramadhan yang terbaik untuk kita semua, Menjadikan ibadah sebagai Ibadah Terbaik dari Ramadhan Tahun sebelumnya dan amalan terbaik sepanjang Ramadhan, terbaik dari amalan-amalan Ramadhan sebelumnya.
Dari Keluarga Besar
PONPES WADI MUQODDAS
Da'wah
Pengertian Da'wah
Secara Etimologi Kata dakwah adalah derivasi dari bahasa Arab “Da’wah”. Kata kerjanya da’wa yang berarti memanggil, mengundang atau mengajak. Ism fa’ilnya (red. pelaku) adalah da’I yang berarti pendakwah. Di dalam kamus al-Munjid fi al-Lughoh wa al-a’lam disebutkan makna da’I sebagai orang yang memangggil (mengajak) manusia kepada agamanya atau mazhabnya . Merujuk pada Ahmad Warson Munawir dalam Ilmu Dakwah karangan Moh. Ali Aziz (2009:6), kata da’a mempunyai beberapa makna antara lain memanggil, mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong, menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi dan meratapi. Dalam Al-Quran kata dakwah ditemukan tidak kurang dari 198 kali dengan makna yang berbeda-beda setidaknya ada 10 macam yaitu:
1. Mengajak dan menyeru,
2. Berdo’a,
3. Mendakwa (red. Menuduh),
4. Mengadu,
5. Memanggil,
6. Meminta,
7. Mengundang,
8. Malaikat Israfil,
9. Gelar,
10. Anak angkat.
Dari makna yang berbeda tersebut sebenarnya semuanya tidak terlepas dari unsur aktivitas memanggil. Mengajak adalah memanggil seseorang untuk mengikuti kita, berdoa adalah memanggil Tuhan agar mendengarkan dan mengabulkan permohonan kita, mendakwa/menuduh adalah memanggil orang dengan anggapan tidak baik, mengadu adalah memanggil untuk menyampaikan keluh kesah, meminta hampir sama dengan berdoa hanya saja objeknya lebih umum bukan hanya Tuhan, mengundang adalah memanggil seseorang untuk menghadiri acara, malaikat Israfil adalah yang memanggil manusia untuk berkumpul di padang Masyhar dengan tiupan Sangkakala, gelar adalah panggilan atau sebutan bagi seseorang, anak angkat adalah orang yang dipanggil sebagai anak kita walaupun bukan dari keturunan kita. Kata memanggil pun dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia meliputi beberapa makna yang diberikan Al-Quran yaitu mengajak, meminta, menyeru, mengundang, menyebut dan menamakan. Maka bila digeneralkan makna dakwah adalah memanggil.
Dalil-dalil tentang Da'wah
Dalil-dalil tentang Da'wah
وَلْتَكُن مِّنكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَأُوْلَـئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung.” (Q.S. Ali Imran [3]: 104)
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْراً لَّهُم مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. An-Nahl [16]:125)وَلَا يَصُدُّنَّكَ عَنْ آيَاتِ اللَّهِ بَعْدَ إِذْ أُنزِلَتْ إِلَيْكَ وَادْعُ إِلَى رَبِّكَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-sekali kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 87)إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَن يَشَاءُ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Q.S. Al-Qashash [28]: 56)قُلْ هَـذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَاْ وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللّهِ وَمَا أَنَاْ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik".” (Q.S. Yusuf [12]: 108)نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُواْ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
“Tidak sepatutnya bagi mu'minin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.” (Q.S. At-Taubah [9]: 122)وَإِنَّكَ لَتَدْعُوهُمْ إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.” (Q.S. Al-Mu'minun [23]: 73)وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاء بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاَةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللّهَ وَرَسُولَهُ أُوْلَـئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللّهُ إِنَّ اللّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka ta'at pada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. At-Taubah [9]: 71)يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً
“Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 45)وَدَاعِياً إِلَى اللَّهِ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجاً مُّنِيراً
“dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (Q.S. Al-Ahzab [33]: 46)
Firman Allah swt:
“Dan siapakah yang lebih baik perkataanya daripada orang yang menyeru(manusia) kepada Allah dan mengerjakan amal shaleh dan berkata, “sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri (muslim)”. (Fishilat: 33).
“Dan berilah peringatan, sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang beriman.”
“Dan suruhlah keluargamu (umatmu) dengan sholat dan bersabarlah atasnya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, kamilah yang memberimu rezeki. Dan akibatnya (yang baik) itu bagi orang yang bertakwa.” (Thaha: 132)
“Hai anakku dirikanlah sholat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah atas apa-apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu adalah urusan yang di utamakan.” (Luqman: 17)
Dan hendakklah ada di antaramu segolongan umat yang mengajak (manusia) kepada kebaikan), menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Ali Imran: 104)
Kalian adalah sebaik-baik umat yang di lahirkan bagi manusia, kalian menyuruh (berbuat) kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran dan kalian beriman kepada Allah.” (ali imran: 110)
Tiada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat kebaikan, atau mengadakan perdamaian antara manisia. Dan barang siapa berbuat demikian karena mengharap ridho Allah, maka Kami akan memberinya pahala yang besar.” (an-Nisa: 114)
Hadist Rasulullah saw:
Dari abu sa’id Al-khudri ra. Berkata, “aku mendengar Rasulullah saw. Bersabda, “Barang siapa melihat kemungkaran di lakukan di hadapannya, maka cegahlah dengan tangannya. Jika tidak mampu, maka dengan lidahnya. Jika tidak mampu maka bencilah dengan hatinya. Dan itu adalah selemah-lamahnya iman.” (Muslim, Tirmidzi, Ibnu Majah, Nasa’i-At-targhib)
Dari nu’man bin Basyir ra., Nabi bersabda “perumpamaan seseorang yang berada dalam batasan Allah dan orang yang melanggar batasan-Nya, adalah seperti dua kelompok manusia yang naik sebuah perahu. Sebagian mereka duduk di bagian atas dan yang lainnya di bagian bawahnya. Orang-orang yang di bawah itu, jika memerlukan air maka yang di bagian bawah itu berkata, “seandainya kita lubangi saja bagian bawah perahu ini, tentu kita tidak menyusahkan orang-orang di atas!!” Apabila orang yang di bagian atas membiarkan mereka, maka semuanya akan celaka. Dan jika yang di atas mencegah mereka, maka semuanya akan selamat.” (Bukhari, Tirmidzi)
Dari ibnu mas’ud ra. Berkata, Rasulullah saw. Bersabda, “penyebab utama kehancuran Bani Israil adalah, jika orang(sholeh) di antaranya mereka bertemu dengan pelaku maksiat, ia berkata, “Takutlah kamu kepada Allah, jangan berbuat begitu, karena hal itu tidak halal bagimu!” kemudian esoknya orang sholeh itu bertemu kembali dengan orang orang itu dalam keadaan yang sama, tetapi ia tidak melarangnya, bahkan orang sholeh itu makan, minum, dan duduk bersamanya. Ketika mereka berbuat demikian, Allah swt. menyatukan hati mereka (hatinya di samakan dengan hati pelaku maksiat tersebut). Kemudian Rasullulah saw. Membaca ayat, ‘Lu’inal ladzina kafaruu min banii Israaiila…samapi humul fasiqun.” Yang artinya, “Telah di laknat orang-orang kafir dari Bani Israil melalui lisan Dawud dan ‘Isa putra maryam. Hal itu di sebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. Mereka tidak saling melarang kemungkaran yang mereka lakukan. Sungguh amat buruk apa yang mereka lakukan itu. Engkau lihat kebanyakan dari mereka mengangkat orang-orang kafir menjadi pemimpin. Sungguh amat buruk apa yang mereka sediakan bagi diri mereka, yaitu kemurkaan Allah ke atas mereka dan mereka kekal dalam Adzab. Dan jika mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan apa-apa yang di turunkan kepadanya, tentulah mereka tidak akan mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin, tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” Kemudian Nabi saw. Bersabda, “Ingatlah! Demi Allah, kalian harus mengajak kepada kebaikan dan mencegah keburukan,cegahlah mereka yang berbuat zhalim dan serulah mereka kepada kebenaran yang hakiki.” (Abu Dawud, Tirmidzi-At targhib)
Dari Jarir bin Abdullah ra. Berkata, “saya mendengar rasulullah saw. Bersabda, “Tidaklah seseorang berada di suatu kaum, dan ia berbuat maksiat, tetapi mereka tidak mencegahnya padahal mereka mampu mencegahnya, melainkan allah akan menimpakan kepada mereka bencana sebelum mereka mati.” (Abu Dawud, Ibnu Majah, Ibnu hibban, Al-ashbahani –AtThargib)
Tarbiyah
Kelas Tarbiyah terdiri dari pokok materi sebagai berikut :
- Pendidikan adab-adab islam dan akhlak yang mulia sebagaimana yang dicontohkan baginda Rosulullah Salallah Alaihi Wassalam
Pada materi ini santri-santri diajarkan tentang adab-adab dalam menjalankan kehidupan sehari-hari, mulai dari adab Bangun Tidur sampai adab akan tidur Kembali.
Sehingga kehidupan santri selalu dalam amal agama sesuai dengan contoh dan tuntunan dari Baginda Rasulullah Salallah Alaihi Wassalam
- Pelajaran fiqih ibadah sehingga beramal dengan berdasarkan ilmu yang benar.
Pada Materi ini santri diajarkan tentang Ilmu Fiqih Ibadah, sehingga santri betul-betul memahami dengan benar dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur'an dan Hadits setiap ibadah yang dilakukan oleh santri.
Dan diharapkan santri dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan nantinya dilingkungan masing-masing setelah selesai dari pendidikan Pondok Pesantren
- Pelajaran Bahasa Arab, Inggris, dan Urdu
Disamping menghafal Al-Qur'an dan mempelajari Ilmu-ilmu tentang Agama, santri juga dibekali dengan berbagai bahasa seperti Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan Bahasa Urdu.
Tujuannya agar santri benar-benar mampu untuk menghadapi Dunia Dakwah yang bisa saja santri berhadapan dengan berbagai macam suku bangsa yang ada di Dunia dan mempunyai ragam bahasa.
Kenapa Bahasa Arab, Inggris, dan Urdu yang dipilih karena ketiga Bahasa tersebut merupakan Bahasa yang biasa dipakai untuk Bahasa International.
Dengan Demikian Santri diharapkan bukan saja dapat mengamalkan Ilmunya di lingkungannya sendiri tetapi bisa menerapkan sampai ke seluruh alam. aamiin
Tahfizul Quran
Program Pondok Pesantren Wadi Muqoddas yang Pertama adalah Tahfizul Quran
Tujuan Program ini adalah Mencetak santri-santri menjadi Hafiz
Al-Qur’an 30 Juz diluar kepala, dengan program-program sebagai berikut :
- Binnazhor : membetulkan bacaan, perbaikan makhorijul huruf, sehingga mampu membaca Al-Qur’an secara lancar dengan tartil dan tajwid yang benar.
- Sabaq : setoran hafalan baru, disesuaikan dengan kemampuan santri dan dalam bimbingan para asatidzah.
- Sabqi : mengulang hafalan baru dan hafalan seminggu sebelumnya
- Manzil : mengulang hafalan lama
- Muroja’ah : membaca dengan melihat mushaf didepan ustadz untuk hafalan (sabaq ) yang akan disetorkan besok
Tahfidz Al-Qur’an
terdiri dari dua kata yaitu tahfidz dan Al-Qur’an. Kata tahfidz merupakan
bentuk masdar ghoir mim dari kata حَفَّظَ – يُحَفِّظُ - تَحْفِيْظًا yang mempunyai arti menghafalkan.
Sedangkan menurut Abdul Aziz Abdul Rauf definisi tahfidz atau menghafal adalah
proses mengulang sesuatu, baik dengan membaca atau mendengar. Pekerjaan apapun
jika sering diulang, pasti menjadi hafal.
Pengertian
Al-Quran
sedangkan
pengertian al-quran secara etimologi dan terminologi
1.Pengertian Etimologi (bahasa).
Secara bahasa Al-Quran berasal dari bahasa Arab , yaitu qaraa-yaqrau-quraanan yang berarti bacaan. Hal itu dijelaskan sendiri oleh Al-Quran dalam Surah Al-Qiyamah ayat 17-18
Artinya : Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. QS. Al-Qiyamaah 17-18
2. Pengertian Al-Quran Terminologi (istilah).
Sedangkan
secara terminologi Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. sebagai mukjizat yang tertulis dalam lembaran-lembaran,
yang diriwayatkan secara mutawattir, dan membacanya merupakan ibadah.
tetapi
banyak ulama yang mendefinisikan pengertian al-quran secara terminologi
diantaranya
:
a.
Menurut Manna’ Al-Qhattan :
كَلَامُ
اللهِ المُنَزًّلُ عَلَي مُحَمَّدٍ صَلَّي اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
اَلْمُتَعَبَدُ بِتِلَاوَتِهِ
Artinya : kitab Allah yang diturnkan kepada Nabi Muhammad SAW dan orang yang membacanya memperoleh pahala.
b. Menurut Al-Jurjani :
هُوَ
اَلْمُنَزَّلُ عَلَى الرَّسُولِ المَكْتُوبِ فِى الْمَصَاحِفِ اَلْمَنْقُولُ
عَنْهُ نَقْلًا مُتَوَاتِرًا بِلَا شُبْهَةٍ
Artinya : yang diturunkan kepada Rasulullah SAW., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawattir tanpa keraguan.
c. Menurut kalangan pakar ushul fiqh, fiqh, dan bahasa Arab :
كَلَامُ
اللهِ المُنَزَّلُ عَلَى نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ ص.م اَلْمُعْجِزِ اَلْمُتَعَبَّدُ
بِتِلَاوَتِهِ اَلْمَنْقُولُ بِالتَّوَاتُرِ اَلْمَكْتُوبِ فِى اَلْمَصَاحِفِ مِنْ
اَوَّلِ سُوْرَةٍ اَلْفَاتِحَةِ اِلَى سُورَةٍ النَّاسِ
Artinya : kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad. Lafadz-lafadznya mengandung mukjizat, membacanya mempunyai ibadah, diturunkan secara mutawattir, dan ditulis pada mushaf, mulai dari awal surat Al-Fatihah sampai pada surat An-Nass.
Dari pengertian diatas, ada beberapa bagian yang unsur penting, yaitu :
1. Al-Quran adalah firman Allah.
Artinya : ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). QS. An-Najm 4
Ayat ini menunjukkan bahwa Al-Quran adalah wahyu (bisikan dalam sukma dan isyarat yang cepat yang bersifat rahasia disampaikan oleh Allah kepada Nabi dan Rasul) yang diturunkan oleh Alla kepada nabi Muhammad SAW.
2. Al-Quran adalah mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Tak satu pun jin dan manusia yang dapat menandinginya, meskipun mereka berkerjasama.
Artinya : Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, Sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". QS. AL-ISRAA 88
3. Al-Quran disampaikan
secara
mutawatir.
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr 9)
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (QS. Al-Hijr 9)
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.
4. Membaca Al-Quran bernilai ibadah.
Nabi bersabda: “Aku tidak mengatakan alif laam miim satu huruf, tetapi Alif satu huruf, laam satu huruf, miim satu huruf dan satu kebaikan nilainya 10 kali lipat” (Al-Hadist).
5. Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril.
Artinya : Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". QS. An-Nahl 102
Setelah
melihat pengertian tahfidz/menghafal dan Al-Qur’an diatas dapat disimpulkan
bahwa menghafal Al-Qur’an adalah suatu proses untuk memelihara, menjaga dan
melestarikan kemurnian Al-Qur’an yang diturunkan kepada Rasulullah Saw. diluar
kepala agar tidak terjadi perubahan dan pemalsuan serta dapat menjaga dari
kelupaan baik secara keseluruhan ataupun sebagiannya.
Langganan:
Postingan (Atom)